Menemukan sebuah frasa yang bagus dibaca para suami, yang berbunyi, "Happy Wife Happy Life". Frasa tersebut maknanya kurang lebih, jika istri bahagia, maka hidup berkeluarga pun akan bahagia. Benarkah demikian? Jika benar, bagaimana cara membahagiakan istri? Salah satu caranya, jangan pelit ke istri. Kecuali, kalau ga ada yang mesti diberikan.
Tentang kisah suami yang pelit kepada istrinya, dengan berbagai dalih, bisa dibaca dalam kisah yang ditututkan Ippho Santosa. Ceritanya cukup menarik, dan memberi kesan mendalam. Begini selengkapnya.
Alkisah ada Sepasang suami-istri terjun dalam suatu bisnis. Sekian lama bisnis bareng, akhirnya si istri sakit dan mereka pergi ke dokter. Setelah diperiksa, kemudian dokter menjelaskan, “Ternyata Ibu ini stress. Coba deh sesekali liburan. Rekreasi gitu.”
Setiba di rumah, si istri langsung nanya suaminya, “Gimana Mas? Kita liburan ke mana? Ke Lombok apa ke Bali?”
Jawab suami, “Kita ke dokter lain aja.” ☺
“Tapi beneran Mas. Sesekali kita perlu reinkarnasi.”
“Reinkarnasi? Rekreasi!” ☺
“Iya, rekreasi. Gimana Mas? Kita ke mana?”
“Maksudnya?”
“Maksudku, baiknya kita rekreasi ke mana, Mas?”
“Yah, nggak ke mana-mana. Dulu nenekku berpesan, kalau sudah jodoh, nggak akan ke mana. Nah, kita sudah menikah, sudah berjodoh. Berarti kita nggak usah ke mana-mana.”
“Ya ampun Mas. Bukan gitu maksudnya.”
“Rekreasi itu perlu duit dan enaknya cuma sebentar. Kan sayang. Mending duitnya untuk beli sesuatu yang lebih lama manfaatnya.”
“Kalau gitu, kita beli perhiasan aja Mas.”
“Kata Pak Ustadz, wanita solehah adalah sebaik-baiknya perhiasan. Kamu kan sudah solehah. Jadi, kita nggak perlu beli perhiasaan.”
“Atau kita beli emas aja Mas? Bukan untuk perhiasan, tapi untuk investasi.”
Si suami langsung terdiam. Lamaaaaa diamnya.
Si istri pun bertanya, “Kok diam Mas?”
“Kata orangtuaku, diam itu emas. Istri minta emas, baiknya suami diam.” ☺ Ya ampuun....
Kisah suami yang pelit tadi memang fiktif. Tapi banyak juga yang mengalami. Mungkin mereka perlu diingatkan pesan Nabi SAW yang mulia.
Ini pesan beliau, “Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan budak, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluarga, maka pahalanya lebih besar (dibandingkan tiga pengeluaran itu).”
Yang saya pahami, kalau kita berusaha memuliakan istri, insya Allah makin lancar rezeki. Tapi kalau pelit ke istri, yah makin seret rezeki. Happy wife, happy life.
Semenjak nikah, saya mempercayakan pengelolaan uang kepada istri. Mulai dari ATM, PIN, token, dll. Begitu juga password untuk socmed saya, istri yang lebih hafal. Insya Allah. HP juga satu untuk semua, bukan tidak kebeli, tapi ga ada uangnya hehe...tapi memang dengan cara seperti ini, hati lebih tenang, tak ada sesuatu yang mesti disembunyikan. Tak ada dusta di antara kita, in sya Allah.
Pepatah Tiongkok menasehati kita, “Istri jangan dicurigai. Kalau dicurigai, jangan dijadikan istri.” Menurut saya, itu ada benarnya.
Hm, apa resikonya kalau jadi orang pelit?
Begini. Ke siapapun, jangan pelit. Terlebih-lebih lagi ke istri. Saat kita memutuskan untuk bersikap murah hati, insya Allah itu lebih membahagiakan.
Survey dari Gallup World Poll menunjukkan bahwa sifat murah hati alias tidak #pelit akan mendatangkan kebahagiaan yang utuh pada seseorang.
Ingat, pelit bin kikir bin bakil ternyata bisa menyebabkan stress. Ini menurut penelitian Queensland University of Technology di Australia (jurnal PLOS ONE).
Pada akhirnya, murah hati murah rezeki. Yakiiiiin? 🤗