Blogger Jateng

Cinta Fana dan Kebosanan dalam Rumah Tangga


Rasa bosan, jenuh, itu MANUSIAWI. Artinya, rasa itu akan menghinggapi siapapun terhadap apapun, menjadi hal biasa. Rasa bosan biasanya terjadi karena sesuatu itu dilakukan atau dinikmati terus menerus. 

Bosan itu hal yang wajar. Namun akan menjadi tak biasa bahkan berdosa jika rasa bosan itu ada dalam sesuatu yang bernama ibadah. Bosan beribadah lalu berhenti Karena kebosanan tersebut, itu akan menjadi masalah tersendiri. 

Lantas, mengapa timbul rasa bosan itu? 

Dunia memang begitu, jika dinikmati terus menerus, kenikmatannya akan berkurang. Setidaknya begitu kesimpulan Gossen si ekonom Jerman. Misalnya, kalau mie favorit kita dimakan terus menerus, ada saatnya kita akan eneg dan mencari alternatif lain

Itulah manusia, cenderung mengharap yang tidak dimiliki, dan sering abai pada yang sudah disisinya. Kata orang rumput tetangga lebih hijau, kurang bersyukur banyak mengkhayal. Saat masih ada tak dicari, jika sudah hilang baru ditangisi

Lalu bagaimana dengan kebosanan dalam pernikahan? 

Bukannya kenikmatan pernikahan akan berkurang seiring waktu? 

Bukankah hubungan hanya indah di awal saja, dan terus terkikis seiring masa, lalu mencapai titik jenuh? 

Kalau sudah begitu, wajar dong kalau kita perlu alternatif? Kekasih gelap normal dong?

Ya kalau pernikahan itu hanya tentang hal fana dunia, maka itulah yang akan terjadi

Karena itu dari awal, Islam menuntun semua kita, bahwa pernikahan itu bukan hanya tentang yang fana. Bukan hanya tentang indahnya paras, limpahan harta, atau tingginya tahta. 

Bukan hanya tentang indahnya kata-kata untuk mengungkapkan cinta

Jika formulanya dunia, maka yang berlaku hukum dunia, hukum Gossen tadi. Karena itu kita perlu lebih dari itu, lepas dari hukum dunia. Itu hanya bisa jika pencipta manusia yang tak terkekang hukum dunia yang mengambil alih. Itulah maksud "Allah yang menurunkan sakinah". It's not man made. 

Jika Allah yang sudah berkehendak, maka waktu takkan berani mengikis cinta, tak pula jarak menjadi pemisah, tak ada nikmat dan puas yang dikurangkan. 

Dengan pertolongan Allah, dicenderungkan hati kita hanya kepada pasangan halal, diikat jiwa kita sebab ketaatannya, ditenangkan kita oleh keberadaannya. 

Singkat kisah, jika kita tak menenun cinta karena Allah, maka bersiaplah cinta dirusak karena waktu, jarak, atau orang ketiga. 

Sebab sejarah sudah mengajar kita, tak ada sakinah kecuali Allah turunkan, dan Allah hanya membaginya pada mereka yang menaati-Nya

Cinta Karena Allah, insya Allah, semoga istiqomah. Bukan hanya kami, tapi juga engkau sahabatku..... 


Jazakalloh ustadzku, jazakillah yang tulisannya dijadikan Illustrasi