Maka terketuklah hatiku, untuk menulis paragraf demi paragraf sederhana, menguatkan makna dan pesan agar sampai kepada yang dituju, yaitu para suami.
Ya ini pesan untuk para suami (termasuk aku juga deh๐). Sebagai penyadar bagi diri khususnya dan bagi siapapun yang berposisi sebagai suami, yang di pundaknya ada beban yang harus dituntaskan, "quu anfusakum wa ahlikum naaroo".
Pernikahan adalah sebuah ikatan yang agung (mitsaqon gholidho). Ikatan yang mempertemukan dua raga dua jiwa untuk menjalani sebuah bingkai bernama rumah tangga, yang menjadi pintu penghalalan hubungan yang tadinya Terlarang.
Pernikahan adalah penyatuan dua karakter berbeda dua insan berlainan jenis, untuk mewujudkan Visi bersama.
Pernikahan adalah sebuah seni mengelola hati dan rasa berdua, yang berbeda, bahkan berlawanan. Untuk itu terkadang salah satu harus mengalah demi kemaslahatan bersama.
Untuk mencapai idealitas rumah tangga itu, tak sekedar terpenuhinya kebutuhan sandang pangan dan papan, walau itu faktor utama. Namun ada hal sederhana, kadang terlupakan untuk dilakukan. Sentuhan-sentuhan kecil yang jika terpenuhi, akan menjadi penguat ikatan rumah tangga.
Yu sahabat, kita belajar bersama.
Rumah Tangga Itu Berdua, Jadi Jangan Meraja ataupun Meratu
Rumah tangga itu berdua. Jadi jangan meraja atau pun meratu, tapi harus saling membantu.
Istri masak, apa salahnya suami nyuci?
Istri nyuci baju, apa salahnya suami nyuci piring. Membantu istri itu pahala, kan?
Terjun ke dapur atau ke tempat nyuci bukan hal memalukan. Jika poligami dinilai sebagai sunnah Nabi, maka membahagiakan istri menjadi sebuah kewajiban untuk suami.
Ya itulah, tidak perlu hal mewah untuk membuat wanita bahagia. Gunakan saja telingamu, untuk mendengarkannya. Gunakan bahumu untuk menenangkannya kala ia bersedih. Gunakan telapak tanganmu untuk mengusap air matanya, dan gunakan hatimu untuk mencintainya.
❤️๐น
Begitu sederhana membuat istri bahagia, yang kadang benar-benar dilupakan oleh suami. Hal sederhana, namun senyatanya "berat" juga dilaksanakan, setidaknya oleh saya sendiri.
Sekali lagi, wahai para suami, mari kita belajar untuk merajut helai demi helai cinta kepada istri, walau dengan hal sederhana.