Membaca sebuah novel karya penulis terkenal, Teh
Asma Nadia, yang berjudul "
Bidadari untuk Dewa", menambah amunisi semangat dalam menjalani kehidupan sebagai pribadi, juga sebagai pemimpin bagi keluarga. Menambah pemahaman tentang arti bijaksana dalam menghadapi ujian.
Di halaman 356, saya menemukan sebuah frasa yang luar biasa. Frasa itu berbunyi, " Konon kesetiaan perempuan diuji ketika suami tidak memiliki harta sementara lelaki sebaliknya, menghadapi ujian saat dia berkelimpahan." Apa makna semua ini?
Rumah tangga yang ideal (sakinah, mawaddah, warrahmah) tak akan lepas dari ujian. Aneka ujian dengan level yang berbeda, akan selalu menyertai kehidupan pernikahan. Dan ujian-ujian itu akan menjadi penambah kekokohan rumah tangga, atau bahkan sebaliknya, menjadi peruntuh bangunan rumah tangga yang sudah dijalin dengan susah payah.
Tentang alamiahnya ujian bagi orang beriman, Allah SWT berfirman dalam QS Al Baqarah ayat 155-156 yang berbunyi:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
Terjemah Arti:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar
Kembali ke novel karya Teh Asma Nadia, sebagaimana novel-novel sebelumnya, yang banyak berbicara mengenai dunia remaja, wanita, dan rumah tangga, Di novel Bidadari untuk Dewa, juga berbicara mengenai hal tersebut.
Nuansa semangat, bagaimana harus bangkit, bagaimana mengaitkan segala sesuatu dengan Sang pemilik kehidupan, dan bagaimana mengatasi berbagai persoalan dalam bingkai keimanan. Sahabat bisa membaca semangat tersebut dalam
alinea berikut.
Bisa jadi Dewa adalah satu dari sekian banyak sosok anak muda fenomenal yang paling banyak membuat kejutan, sebab hidupnya nyaris bak pemainan hidup mati Russian Roulette.
Bagaimana tidak, dari anak muda yang dikagumi karena sudah menghasilkan uang 1 miliar di usianya yang relatif muda, lalu terjerembab utang 8 milyar, bangkit dan kemudian terpuruk lagi dijerat serangan penyakit mematikan bernama GBS (Guillain Barre Syndrome).
Dan di ujung ujian yang nyaris mematahkan seluruh pertahanannya, Dewa bangkit seperti Hercules yang marah karena pengkhianatan. Bukan kutukan dan mantra mematikan yang ia lepaskan, tapi semangat dan kekuatan istigfar. Semangat untuk tetap tegak dan istighfar untuk tak boleh sedikitpun melupakan sang maha pencipta, Allah SWT.
Dunia jelas mengajarkan kita banyak hal. Bukan soal remeh atau besar peristiwa yang muncul di hadapan kita, tapi lebih kepada bagaimana cara kita menangkap dan memaknainya. Termasuk menyikapi ujian yang dialami orang lain.
Tentang Ujian Kesetiaan
Kembali ke frasa, "Kesetiaan perempuan diuji ketika suami tidak memiliki harta sementara lelaki sebaliknya, menghadapi ujian saat dia berkelimpahan".
Ujian untuk perempuan ketika suaminya tidak memiliki harta. Bagaimana sang istri harus mengelola rasa ketika suaminya kekurangan harta, bekerja namun tak mampu mencukupi standar kebutuhan rumah tangga. Jangankan untuk belanja yang sekunder, bahkan yang primer pun sulit memenuhinya.
Kondisi seperti ini sangat berat dijalani bagi pasangan dalam rumah tangga. Sebuah situasi sulit yang membutuhkan segenap amunisi kesabaran disertai ikhtiar-ikhtiar cerdas untuk mengatasinya. Jika tidak, maka kehancuran bahtera rumah tangga yang akan terjadi.
Dalam tataran realita, kita bisa melihat banyak sekali "
supermom" yang mampu bertahan dalam kesulitan ekonomi, dengan aneka kreativitas yang dijalani.
|
abufadli.com
|
Saya sering melihat Seorang ibu setengah baya di Jangari, setiap hari mendorong gerobak untuk berjualan karedok, lotek, dan seblak. Ia mulai berjualan sekitar pukul sepuluhan, dan pulang sekitar pukul lima sore. Setiap hari rutinitas seperti itu dijalani. Membawa penghasilan untuk keluarga 40-50 ribu.
Ia mempunyai suami? ya. Apakah ia rela dengan kondisi ini? ya.
Ujian bagi seorang istri, salah satunya adalah ketika suami kekurangan harta. Jika ia bisa menjalaninya dengan semangat dan keyakinan bahwa rizki itu dari Allah, ini akan menjadi solusi bagi keutuhan rumah tangga. Dalam kondisi seperti ini, suamipun tidak berdiam diri, melainkan melakukan ikhtiar secara maksimal sesuai kemampuan, untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Bagi lelaki/suami, ujian terbesar baginya adalah ketika ia berkelimpahan harta. Dalam suasana dia kekurangan harta, istri membantunya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, ia akan setia dengan pasangannya.
Apa yang terjadi jika ia dalam kondisi berkecukupan bahkan berkelimpahan harta? Jika tak menyadari bahwa harta itu titipan, bila suami tak menyadari bahwa semua itu asbabnya adalah karena dukungan dan doa dari pasangan, banyak suami yang melenceng dari kesetiaan.
Harta bertambah, pola tingkah berubah. Merasa semua bisa dibeli dengan harta, merasa kebahagiaan bisa terpenuhi dengan harta, akhirnya banyak suami yang bergeser dari janji setianya dengan pasangan. Yang terjadi, menambah istri.
Jelas ini akan melukai istri pertama, yang telah berjuang bersama, bersusah payah bersama, berpeluh darah bersama, merasakan kepahitan bersama. Ketika semua itu sudah terlewati, sang suami berpindah hati. Na'udzubillah.
Jadi frasa yang termaktub dalam novel Teh Asma Nadia, bahwa ujian bagi perempuan adalah ketika suami kekurangan harta, dan sebaliknya ujian terbesar bagi lelaki adalah justru ketika berkelimpahan harta, saya rasa itu benar.
Terima kasih sudah membaca artikel sederhana ini, sambil teriring harap, semoga Allah SWT senantiasa mengokohkan ikatan rumah tangga masing-masing, diberi kesanggupan menghadapi segala ujian, dan kita semua beroleh kebahagiaan dan keridhoan dari-Nya. Aamiin.