Blogger Jateng

Kita akan Dihargai dengan Benar Tatkala Berada di Lingkungan yang Tepat


Ada kisah-kisah sederhana yang saya alami di tempat yang berbeda. Suatu ketika saya memakai "seragam" layaknya petani. Pakai topi lebar, memanggul cangkul, karena memang mau membantu menggarap sebidang lahan. Ketika berpapasan dengan orang yang tak mengenal saya, dia menyapa, "Ka sawah, Mang?".

Di tempat berbeda, saya mengenakan peci dan baju koko juga bersurban. Orang yang belum saya kenal sontak memanggil saya, "Ustadz!".😀

Dari cerita di atas, terkadang kita akan disebut orang dengan apa yang tampak dari penampilan kita. Walau kita faham, bahwa penampilan luar tak  identik dengan siapa diri kita sebenarnya.

Dalam kehidupan bermasyarakat, kita juga akan dihargai dengan benar oleh orang yang benat-benar mengenal kita. Orang-orang terdekat, karib, akan menghargai sesuai siapa diri kita sesungguhnya, karena memang mereka mengenal kita.

Ada sebuah kisah lagi yang akan menggambarkan semua yang diterangkan di atas. Sebuah kisah yang pernah diungkapkan dalam sebuah kesempatan ceramah guru kami, KH Abdullah Gymnastiar. Selamat membaca.

Seorang santri sedang membersihkan aquarium Kyainya, ia memandang ikan arwana merah dengan takjub..

Tak sadar Kyainya sudah berada di belakangnya.. "Kamu tahu berapa harga ikan itu?". Tanya sang Kyai..

"Tidak tahu". Jawab si Santri..

"Coba tawarkan kepada tetangga sebelah!!". Perintah sang Kyai.

Ia memfoto ikan itu dan menawarkan ke tetangga..

Kemudian kembali menghadap sang Kyai. .

"Ditawar berapa nak?" tanya sang Kyai. .

"50.000 Rupiah Kyai". Jawab si Santri mantap..

"Coba tawarkan ke toko ikan hias!!". Perintah sang Kyai lagi..

"Baiklah Kyai". Jawab si santri. Kemudian ia beranjak ke toko ikan hias..

"Berapa ia menawar ikan itu?". Tanya sang kyai..

"800.000 Rupiah Kyai". Jawab si santri dengan gembira, ia mengira sang Kyai akan melepas ikan itu..

"Sekarang coba tawarkan ke Si Fulan, bawa ini sebagai bukti bahwa ikan itu sudah pernah ikut lomba". Perintah sang Kyai lagi..

"Baik Kyai". Jawab si Santri. Kemudian ia pergi menemui si Fulan yang dikatakan gurunya. Setelah selesai, ia pulang menghadap sang guru.

"Berapa ia menawar ikannya?".

"50 juta Rupiah Kyai".

Ia terkejut sendiri menyaksikan harga satu ikan yang bisa berbed-beda..

"Nak, aku sedang mengajarkan kepadamu bahwa kamu hanya akan dihargai dengan benar ketika kamu berada di lingkungan yang tepat..". Kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yang tidak mengenal kita.

Dari cerita di atas, kita dapat menyimpulkan:

وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ رَائِعُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَفْهَمُنَا

Kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita.

وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ مُمَيِّزُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يُحِبُّنَا

Kita istimewa dalam penglihatan orang-orang yang mencintai kita.


وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ مَغْرُوْرُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَحْسُدُنَا

Kita adalah pribadi yang menjengkelkan bagi orang yang penuh kedengkian terhadap kita.

وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ سَيِّئُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَحْقِدُ عَلَيْنَا

Kita adalah orang-orang jahat di dalam tatapan orang-orang yang iri akan kita.

لِكُلِّ شَخْصٍ نَظْرَتُهُ، فَلاَ تَتْعَبْ نَفْسَكَ لِتُحْسِنَ عِنْدَ الآخَرِيْنَ

Pada akhirnya, setiap orang memiliki pandangannya masing masing, maka tak usah berlelah-lelah agar tampak baik...


Tapi berusahalah terus melakukan kebaikan dan menjalankan apapun dengan penuh keikhlasan

Semoga bermanfaat 🙏