Berbicara tentang ibu, seakan tak ada habisnya. Selalu ada sisi menarik dari sosok istimewa ini yang bisa digali, dihayati, dan selanjutnya menjadi pemacu bakti seorang anak kepadanya.
Ia adalah muara kasih, muara doa, dan muara cinta. Di mana darinyalah semua cinta karena Sang Pencipta, menyebar dan menebar dalam gerak langkah semua buah hatinya.
Ada ucapan lembut menenangkan, ada untaian kalimat menyejukkan, namun kadangkala ada sedikit bentakkan yang mengiringi sebuah kesalahan, untuk anak-anaknya. Tapi semua itu dalam kerangka cinta kasih seorang ibu, yakinlah.
Dalam rangka memperingati Hari Ibu (the Mother's day), tanggal 22 Desember 2020, ada sebuah puisi spesial dari seorang guru, Bu Nina Gartina.
Ini melengkapi langkah awal komitmen beliau bersama admin ukhtinews.com, untuk merancang "sesuatu" yang bernilai lebih, bernilai dakwah, dengan apa yang mampu dilakukan, salah satunya karya puisi. Semacam kolaborasi mencipta puisi, mungkin.
Sebuah puisi yang menggambarkan alur penciptaan manusia dalam rahim seorang ibu, sebuah bukti kemahakuasaan Allah Ta'ala. Juga gambaran seorang manusia, dari lahir hingga berakhir, dan bagaimana titah bakti teruntuk yang menjadi jalan ia ada di dunia, dengan bakti yang sebenar-benarnya bakti.
Rangkaian proses penciptaanku
Istimewa dalam Rahim mu
Peranmu…
Tak singkat juga tak ringan
Menjagaku sejak belum Allah tiupkan ruh
Mulai dari nuthfah, ‘Alaqah, mudghah hingga terlahir
Bahkan..
Sampai saatku berakhir
Aku, tak ada saat ini
Jika tanpamu…
Hakikat Sang Pencipta
Betapa mahalnya syurga
Ibu tak henti menyayangi
Namun diri selalu lupa berbakti
Ibu tak henti berkorban
Khilafnya diri, malah terlena dalam kenyamanan pengayoman
Yakinkah kelak diri tidak akan merasa sesal?
Jika hati khawatir sendiri
Jangan tunda
Peran pikir yang harus menguatkan raga
Buktikan baktimu
Penyesalan nanti tak ada arti.
Berbakti di sisa umur kami dan umur mereka, bukan sebaliknya.
Cukuplah saat kecil kami, mereka yang jadi pejuang kehidupan kami, kini... jangan sampai Engkau masih biarkan kami pada posisi itu. Na'udzu.
Hanya berharap kekuatan itu dari-Mu Allahku😌
Sehatkan mereka, sayangi mereka
*****************
Sebuah Adagium…
Orangtua itu selalu ridho dengan anaknya, meskipun salah (apalagi jika benar)Lantas kita sebagai anak, apakah berlaku sama juga?
Potensi makhluk yang berpikir, itu yang harus dioptimalkan
Harus hadir mau
Harus hadir malu
Mau untuk berbakti
Malu jika terus dilayani
Karena…
Tiada yang menemani nanti, selain A M A L
Cinta Ibu, Cinta Anak, dan Karakter Seorang Pencinta
Seberapa kita sayang dengan ibu dan ayah kita? Yang jelas sayang itu mampu membuat kita mau memenuhi panggilan mereka, meski jauh sekalipun
Seberapa ibu dan ayah sayang dengan anak-anaknya? Yang jelas sayang itu membuat ibu dan ayah berkorban demi mereka, meskipun tak cukup, tapi mereka harus cukup
Sebab mereka sedarah, serahim, yang berarti pengorbanan. Tak makan tak apa, asal yang disayangi makan. Tak tidur tak apa, asal yang disayangi tidur. Itu semua bagian daripada sayang.
Bagi para pecinta, berkorban itu membahagiakan, bukan menyusahkan. Justru para pecinta akan merasa bersalah andai tak bisa berkorban. Tanya saja mereka yang jatuh cinta, being blue is another kind of a beauty. Begitupun ibu.
Terakhir
Yang jelas, sayang kepada orang tua tak berhenti sebatas kata, harus ada langkah nyata. Berbakti selagi ada, sebuah langkah bijaksana yang menyelamatkan. Berupaya menjadi insan taat atas segala titah Yang Maha Kuasa, adalah cara bakti kepada orang tua, selagi mereka ada, hingga sudah tiada.
❤Selamat Hari Ibu❤Baktimu wahai anak, bukan di hari ini saja, namun mesti di setiap helaan nafasmu, sebelum semua berakhir
Bu Loniawati:
Jadi emut penggalan syair lagu love is blue
Blue, blue, my world is blueBlue is my world since I'm without youGrey, grey, my life is greyCold is my heart since you went away
Miss my mother 😭
1. Ustadzku yang mengajari berdakwah lewat tulisan dan puisi, jazakalloh khoiron
2. Bu Nina Gartina, jazakillah atas karyanya
3. Bu Loniawati, atas komentarnya😀