Blogger Jateng

Seperti Embun di Daun, Begitulah Hidup Kita di Dunia


Rintik hujan membasahi dedaunan, menyisakan titik-titik embun. Berkeilauan disinari cahaya matahari menjelang senja, indah.

Keindahan embun yang menempel di daun, hanya sebentar saja kita nikmati. Ia akan segera raib, menjadi uap karena tersinari mentari, atau juga karena berjatuhan.

Sebuah hal yang sederhana, namun jarang kita hiraukan. Semua keindahan ini seringkali kita lewatkan begitu saja, tak ada warna yang kita nikmati, tak ada nuansa yang kita dapatkan. Apalagi ibrah yang digali darinya.

Bagi kita yang peka, yang sedikit memahami bahwa "wa maa kholaqta haadzaa baathilaa", bahwa apapun yang diciptakan Allah, semua tak ada yang sia-sia, semua memiliki makna.

Juga dengan embun di daun. Menjadi pelajaran bagi kehidupan.

Seperti embun, ia takkan lama ada. Raib ataupun berjatuhan. Begitu pula hidup kita. Takkan lama, semua fana, semua akan sirna. Keabadian sejati ada di akhirat nanti.

Pertanyaannya,

Untuk yang akan sirna, kenapa kita mati-matian untuk mendapatkannya? Bahkan tak peduli dengan ketentuan dari Sang Maha Pencipta.

Namun untuk yang akan abadi, kenapa kita berleha-leha, menunda-nunda, bahkan menjadikannya nomor dua?

Sungguh sahabat, mati itu pasti terjadi. Semua dari kita akan melewati. Adapun dunia ini, akan ada dua kemungkinan, ditinggalkan atau meninggalkan. 

Seperti embun di daun, hidup di dunia hanya singgah sementara, takkan lama.