Blogger Jateng

Keharmonisan Rumah Tangga, Suamilah yang Paling Menentukan

Foto oleh Bu Yuliana Gultom


Artikel ini sebenarnya menampar diri sendiri. Betapa tugas besar sebagai suami, mungkin baru nol koma sekian yang dapat terpenuhi.  Masih tergopoh-gopoh memacu laju rumah tangga menuju tujuan bersama. Namun demikian, anggaplah ini sebagai nasehat bagi diri dan semua. Selamat membaca.

Beberapa kali mengikuti forum kajian keluarga dan pernikahan, banyak para istri yang mengeluhkan keadaan suami mereka. Ada yang malas beribadah, sulit dinasihati, hingga berselingkuh dan kasar pada istri. Seorang ustadz bercerita bila ia pernah dikirimi WA oleh seorang ibu rumah tangga berupa foto jarinya yang dipatahkan sang suami.

Apakah para suami tidak mengeluh? Ada di antara mereka juga yang mengeluhkan istri mereka. Berbagai persoalan juga dikeluhkan para suami.

Suami dan istri memang harus bekerja sama dalam menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangga. Sikap saling menghargai, menyayangi, dan pengertian, saling memaafkan, serta mau belajar, harus dimiliki suami dan istri. 

Alangkah indahnya perkataan Abu Darda ra. pada istrinya, “Jika aku marah, maka buatlah aku ridlo padamu, dan jika engkau marah akupun akan membuat dirimu ridlo padaku. Kalau tidak demikian, tidaklah kita bersahabat.”

Namun sesungguhnya pemegang kunci keutuhan dan keharmonisan pernikahan adalah para suami. Kaum lelaki telah diberikan kuasa oleh agama sebagai pemilik qawwam (kepemimpinan) dan tanggung jawab tentang keluarganya. Allah berfirman:

Laki-laki (suami) itu pemimpin bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. (TQS. an-Nisa: 34)

Demikian pula Nabi SAW. bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ. فَالإمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ

Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya.

Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. (HR. Bukhari).

Kelancaran jalannya organisasi memang harus ditopang oleh semua lini, namun peran dan kedudukan pemimpin amat menentukan. Ketika seorang pemimpin cakap, mau belajar, menghargai, pandai mengarahkan dan bisa memotivasi bawahan, maka organisasi itu akan berjalan dengan baik. Bila tidak, maka kacaulah organisasi tersebut.

Kehidupan pernikahan membutuhkan sosok suami dengan kepemimpinan yang baik. Selain bertanggung jawab memberi nafkah, para suami juga dituntut berlaku baik pada istri mereka. Sabda Nabi SAW:

وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ

Sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya (HR. Tirmidzi).

Di antara sikap yang harus dihindari suami karena dicela Allah SWT., adalah kerap menyalahkan dan mencari-cari kesalahan istri. Hal itu tidak akan memperbaiki masalah dan kian merusak keharmonisan. Bukankah lebih baik memaklumi kekurangan istri dan membimbing mereka. FirmanNya:

Jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar. (TQS. an-Nisa: 34)

Kehidupan rumah tangga yang sukses, harmonis, sakinah mawaddah wa rahmah justru harus dihiasi dengan sikap saling melupakan keburukan pasangan (taghaful), saling memaafkan dan memaklumi (tasamuh), dan saling mendahulukan kepentingan yang lain (tanazul).
Bicara soal hak dan kewajiban, maka seorang suami dianjurkan untuk tidak selalu menuntut haknya dari istrinya. Ibnu Abbas ra. berkata “Demi Allah, aku tidak suka meminta hakku dipenuhi sampai istriku tidak lagi menuntutku tentang segala haknya.” Kemudian beliau membacakan firman Allah SWT.:

Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. (TQS al-Baqarah [2]: 228).

Imam al-Qurthubi menjelaskan makna ayat ini dengan mengutip sebuah riwayat dari Ibnu ‘Abbas ra. yang berkata, “Maknanya, para istri memiliki hak mendapatkan persahabatan dan pergaulan yang baik dari suami-suami mereka sebagaimana kewajiban mereka taat kepada suami-suami mereka dalam perkara-perkara yang diwajibkan atas diri mereka.” (Al-Qurthubi, Al-Jami` li Ahkam al-Qur’an, 3/123-124. Maktabah Syamilah).

Semua tuntunan dan tuntutan itu telah ditunjukkan Islam pada para suami. Mereka yang telah memilih seorang wanita sebagai pendamping hidupnya, diberikan tugas dan tanggung jawab yang besar untuk menentukan keharmonisan dan keutuhan rumah tangga. 

Kelak para suami akan dimintai pertanggungjawaban tentang istri dan anak-anak mereka di hari kiamat? Apakah kita, kaum lelaki, masih juga mau mengabaikan dan meninggalkan kewajiban ini, sambil menyalahkan istri, padahal di tangan kitalah semua itu ditentukan.

Catatan:
Bagi para istri, sebarkanlah risalah ini agar terbaca oleh para suami, semoga mereka mau memperbaiki diri agar bersama dapat menata keharmonisan rumah tangga, dan bersama melangkah ke jannah. Wallahu al-Musta’an.