Kenali Mental Illness Biar Hidup Gak Ngenes, merupakan tema yang dibahas di acara "Meet Up" Komunitas Istri Strong (KIS), kemarin. Acara yang digagas Bengkel Istri besutan Bu Kholda Najiyah ini, dilaksanakan secara virtual melalui aplikasi Zoom Meeting.
Secara khusus ukhtinews.com merangkum materi tersebut ke dalam artikel ini. Harapannya, bisa menjadi tambahan keilmuan dan sekaligus menguatkan kaum akhwat dalam mengarungi bahtera keluarga bersama suami dan anak-anaknya.
Kita ngebahas soal penyakit mental. Iyalah, tubuh kita ini terdiri dari jiwa dan raga. Kalau sakit fisik, itu sudah biasa. Gejalanya mudah diindera. Mungkin demam atau pusing kepala. Obatnya pun mudah didapat.
Foto Meet Up Bengkel Istri |
Tapi, ada sakit yang tak terlihat. Terkadang abai diperhatikan. Tersebab gejalanya yang tidak dirasa. Penyakit jiwa yang kerap melanda. Terutama ibu rumah tangga. Contohnya stres, salah satu gejala gangguan jiwa.
Survey kecil-kecilan yang dilakukan, ketika ibu rumah tangga ditanya apakah pernah merasa "saya stres", dari 58 ibu sebanyak 57 menjawab iya. Artinya, keberadaan ibu-ibu yang stres bukanlah omong kosong.
Mengapa? Banyak penyebabnya. Yang paling utama adalah karena kelelahan mengurus rumah tangga dan anak. Ya, jika ada pekerjaan di dunia ini yang paling banyak cakupan bidangnya dan tidak terbatas waktunya, maka dia adalah: ibu rumah tangga.
Jam kerjanya sangat panjang dan jenis pekerjaannya beragam. Mengurus keuangan, kebutuhan anak, suami, merapikan rumah, mengasuh dan mendidik anak, dsb. Rutinitas yang terus menerus tanpa jeda sepanjang usianya.
Sementara, profesi ibu rumah tangga kurang mendapat apresiasi atau penghargaan. Baik dari suaminya maupun masyarakat pada umumnya. Bahkan, oponi umum menyebut bahwa ibu rumah tangga itu "bukan pekerjaan". Sehingga sudah beraktivitas di rumah selama 20 jam pun dianggap tak berguna.
Kaum ibu juga kerap dihakimi jika urusan rumah, suami dan anak-anak tidak beres.Misal, jika ada anak-anak yang perilakunya kurang baik, ibu yang disalahkan. Jika nilai anak jatuh, ibu yang disalahkan. Jika rumah berantakan, ibu yang disalahkan.
Tapi, apakah bisa seorang Muslim yang beriman dan punya Allah stres? Tentu saja bisa. Sebab di dunia ini Allah Swt. selalu menguji manusia dengan tidak sesuainya antara harapan dan realitas. Stres itu muncul karena berhadapan dengan kenyataan yang ternyata tak sesuai harapan.
Itulah mengapa kita tidak boleh tabu membicarakan mental illness. Kenali gejalanya, agar bisa dideteksi sejak dini. Kesadaran ini penting untuk mendorong diri mencari solusi. Tak perlu malu mengakui jika ada yang tidak beres dengan jiwa kita. Di sanalah kita bisa memecahkan masalahnya.
Sebagai ibu, kita adalah tumpuan anak-anak di rumah. Poros yang menentukan apakah keluarga bahagia atau tidak. Ibu yang sehat fisik dan mentalnya akan mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Ibu yang fresh antistres akan lebih bahagia menjalankan perannya.
Bagaimana, siap mengusir mental illness biar hidup gak ngenes? Pastinya.
Karena waniya terlalu berharga untuk menderita.(*)
Catatan tambahan
Ada faktor spiritual yang tak boleh diabaikan dalam mencegah stress. Selain tanggung jawab individu agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala, negara juga harus menjamin penjagaan aspek spiritual warganya dengan menerapkan aturan yang berbasis keimanan. Artibha, agama menjadi fondasi dalam seluruh aspek kehidupan.
Insya Allah dengan terpenuhinya kebutuhan spiritual, daya tahan manusia terhadap ujian yang menimpa, akan lebih tebal. Lebih mampu menghadapi persoalan dengan fikiran positif, karena Islam mengajarkan husnuzhon dan melarang putus asa.
Semua ini akan sempurna terlaksana, jika peradaban Islam terbentuk. Dan ini membutuhkan perjuangan kita untuk mewujudkannya.