Merenda Kata Bersama Bu Nina Gartina, Melalui Puisi "Buah Taat"
❤BUAH TAAT💟
Selalu takut
Takutku memalukan tapinya
Selalu sedih
Sedihkupun memalukan juga
Takut dan sedih
Akan kisah akhir hayatku
Amal kan yang akan menemani?
Hanya amal!
Takut dan sedihku tak berdampak untukku Masih menunda perbaiki amalku
Itu yang membuatku malu
Ah!
Masih saja pada fase ku menyalahkan diri, disertai alibi-alibi
Kadang, kubenci diri ini!
Bukan begitu caranya, Wahai diri..
Memulai!!! Itu yang harus kau patri!!!
Ukirlah pondasimu
Prosesnya...
Kau mudah rasakan lelah?
Lillahmu sedang kau perjuangkan
Sang Maha takan tertukar mengganti pahala
Taman-taman keabadian
Sungainya yang dapat kau teguk serasa madu
Buah-buahan yang tinggal kau petik
Dipan-dipan emas tempat bermanjamu
Allah hadiahkan
Teruntuk jiwa taatmu
Kau kembali laksana bayi
Kau dijamu, dilayani
Dengan bahagia yang tidak akan ada akhir
Bertahanlah dalam sabarmu, sebentaarrr lagi
Semoga Kau akan sampai sayang
Syurga
Ya, sampai di Syurga
Buah taat dan sabarmu
Kita sadar sesadar-sadarnya bahwa kita akan melewati fase kematian. Kita takut akan kisah di akhir hidup, akankah selamat beroleh husnul khotimah dengan membawa amal terbaik, atau sebaliknya (na'udzubillahi min dzalik). Dan amal itu yang akan menjadi teman setia. Bu Nina menggambarkannya dalam bait berikut:
Selalu takut
Takutku memalukan tapinya
Selalu sedih
Sedihkupun memalukan juga
Takut dan sedih
Akan kisah akhir hayatku
Amal kan yang akan menemani?
Hanya amal!
Namun terkadang, ketakutan dan kesedihan akan nasib di akhir hayat, tak berdampak apapun bagi kita dalam mengarungi kehidupan ini. Kesadaran akan kematian, seringnya tak membuat kita bersegera berbekal dengan amal terbaik. Kita sering menunda bakti kepada Ilahi.
Takut dan sedihku tak berdampak untukku Masih menunda perbaiki amalku
Itu yang membuatku malu
Ah!
Di beberapa episode kehidupan, terkadang muncul rasa kecewa pada diri, menyalahkan diri, membenci diri, dan membuat aneka alibi, atas kemalasan dalam menyiapkan bekal amal.
Masih saja pada fase ku menyalahkan diri, disertai alibi-alibi
Kadang, kubenci diri ini!
Tapi, membenci diri bukanlah solusi. Langkah terbaik adalah berani memulai, menyelaraskan langkah dengan syari'ah Allah, dan mengokohkan pondasi keimanan.
Bukan begitu caranya, Wahai diri...
Memulai!!! Itu yang harus kau patri!!!
Ukirlah pondasimu
Berat memang, memulai untuk berhijrah, memulai menata diri. Dalam perjalanannya, akan ada masa merasa lelah, futur, insecure, tak berdaya. Dan memang saat itu, lillah-mu sedang diperjuangkan, lillah-mu sedang dipertaruhkan.
Prosesnya...
Kau mudah rasakan lelah?
Lillahmu sedang kau perjuangkan
Jika kau kuatkan azam, tekad untuk memulai dan istiqomah dalam memperjuangkan kebaikan diri, dan tahan terhadap segala ujian, yakinlah bahwa Allah membalas semua jerih payah itu. Dan takkan tertukar.
Sang Maha takan tertukar mengganti pahala
Taman-taman keabadian
Sebuah hadiah teristimewa yaitu surga, yang keindahan dan kenikmatannya tak pernah terbayang di mata dan di jiwa.
Sungainya yang dapat kau teguk serasa madu
Buah-buahan yang tinggal kau petik
Dipan-dipan emas tempat bermanjamu
Allah hadiahkan
Teruntuk jiwa taatmu
Kau kembali laksana bayi
Kau dijamu, dilayani
Dengan bahagia yang tidak akan ada akhir
Itu semua tiada lain karena buah ketaatan. Komitmen penuh untuk terikat dengan aturan Allah, dalam segala sisi kehidupan, tak dipilih-pilih, tak dipilah-pilah.
Semoga bermanfaat🙏