Blogger Jateng

Surat Cinta Untukmu Karena Ku Menaruh Harap Padamu

Surat cinta. Jika kita membaca frasa tersebut, langsung terbayang bahwa itu bahasa romantika anak muda yang sedang mengekspresikan rasa. Setidaknya ini moda hubungan zaman baheula. Di usia kepala empat plus ini, izinkan saya meminjam bahasa anak muda ini untuk mengekspresikan rasa pula. Ya kutuliskan, “Surat Cinta Untukmu Karena Ku Menaruh Harap Padamu”.

Untuk memulai surat cinta ini, saya nukilkan sebuah ayat

وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ

“Dan harus ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.(QS Ali Imran: 104).

Surat ini ditujukan kepada:
  • Kau yang usianya beberapa tahun lebih muda dariku, ku anggap engkau adalah adikku
  • Kau yang usianya beberapa tahun lebih tua dariku, ku anggap engkau adalah kakakku 
  • Kau yang usianya jauh lebih muda dariku, ku anggap engkau adalah anakku 
  • Kau yang usianya jauh lebih tua dariku, ku anggap engkau adalah orang tuaku
  • Kau yang usianya sepadan denganku, engkau adalah sahabatku 

Allah SWT berfirman dalam ayat-Nya yang indah, “ Dan harus ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.

Bahwa kebaikan itu tidak sendiri-sendiri, namun harus baik bersama. Ketika engkau menjadi insan yang sholih atau sholihah, dengan menjalankan segala ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, menjauhi segala yang dibenci keduanya, maka yang lainpun harus kau ajak berbuat yang sama.

Ketika kau mengupayakan kokoh dalam pondasi keimanan, berupaya menjalankan syari’ahnya secara kaffah, maka kaupun berkewajiban mengajak siapapun untuk berbuat hal serupa.

Ini dakwah namanya.

Memperbaiki diri dalam pola fikir (fikriyyah) dan pola sikap (nafsiah) untuk mewujudkan pribadi yang ber-syakhsiyyah islamiyyah (berkepribadian Islam), dan di saat yang sama, mengajak siapapun untuk berkepribadian Islam, adalah sebuah kewajiban. Sebuah perintah Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala menyampaikan firman-Nya:

ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk
. (QS An-Nahl : 125).

Maka, dengan satu ayat saja, sebenarnya sudah jelas. Bahwa berdakwah, menyeru kepada Islam, adalah sebuah kewajiban yang dibebankan kepada setiap yang mengaku dirinya muslim. Tentu dengan kadar masing-masing. 

Surat Cinta Untukmu Karena Ku Menaruh Harap Padamu



Maka, aku pun sama seperti engkau. Memiliki kewajiban memperbaiki diri sambil mengajak yang lain untuk sama-sama menjalankan Islam. Apapun yang aku lakukan padamu, seringnya aku menjalankan peribahasa, “ada udang di balik batu”. Selalu ada alasan dan tujuan. Baik, kuurai satu persatu, “udang di balik batu”nya.

Surat Cinta Untuk adikku.

Seringnya kau kuajak mengikuti/mendukung suatu kegiatan, baik pembinaan bagi generasi muda, atau pembinaan untuk dirimu. Atau sering ku melarang sesuatu darimu, yang menurutku kurang tepat dari sisi syari’at. Atau mendorong (sedikit memaksa) untuk membuat karya tertentu, yang bernuansa dakwah dan kebaikan. 

Dengan itu semua, sebenarnya aku menaruh harap padamu. Bahwa engkau menjadi salah satu bagian dari segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Pada akhirnya, itulah hakikat orang yang beruntung sebenar-benarnya. 

Yang lebih tua dan lebih muda berpadu di Satman

Surat Cinta Untuk kakakku

Seringnya ku ajak engkau untuk memperbincangkan sesuatu tentang Islam. Tentang politik kah, tentang muamalah kah, tentang akidah kah, dan lain sebagainya. Dengan gaya adik kepada kakaknya, itulah yang ku lakukan padamu. Terkadang ku ajak engkau mengikuti kegiatan tertentu, yang menurutku, itu akan lebih memberi kesadaran mendalam tentang agamamu.

Dengan semua itu, aku menaruh harap padamu. Bahwa engkaupun sama, akan bersama-sama memenuhi seruan Allah sekaligus janji-Nya, yang menyeru kepada Islam beroleh keuntungan di sisi-Nya.

Surat cinta untuk anakku



Seringnya ku memaksamu untuk mengikuti kegiatan kajian keislaman, mendawamkan suatu amalan sunnah, dan menyuruhmu mengajak teman sebayamu untuk ikut denganmu. Seringnya ku “japri” engkau untuk mengingatkan sesuatu yang mungkin kau sudah lupa, atau memotivasi dirimu agar menjaga asa dan motivasi dalam berislam.

Dengan semua itu, aku menaruh harap padamu. Bahwa engkau akan menjadi satu bagian dalam barisan syabab/syabah (pemuda/pemudi) yang gigih memperjuangkan Islam. Ku menaruh harap padamu, kaulah pemuda/pemudi yang menjadi seperti Muhammad Al Fatih, sang penakluk Konstantinopel atau menjadi Mushab bin Umair, pembuka Madinah menjadi Daulah Islam.

Atau engkau menjadi seperti Fatimah Az-Zahra, yang cerdas dan sholihah.

Surat Cinta untuk Orang tuaku

Bukan lancang, bukan hendak mengajarimu tentang Islam. Namun, ketika ku “ngobrol” denganmu, ngobrol tentang Islam kaffah sejauh pemahamanku, tentang perintah dan larangan dalam syari’at, atau sesekali mengajakmu menjadi bagian dari sebuah even dakwah.

Namun semua itu adalah terdorong rasa cintaku, untuk mengajakmu bersama dalam ketaatan. Itu saja. 

Surat Cinta untuk sahabatku 



Karena kau begitu berharga. Rasul yang mulia pernah bersabda, 
Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya.

Dan engkaulah sahabatku, yang dimaksudkan baginda Nabi. Siapapun yang bersahabat karena Allah, bersama menjalankan ketaatan, maka di akhirat beroleh surga bersama sahabatnya itu.

Seorang sahabat akan menjadi sang pengingat jika kita khilaf, dan menjadi penguat jika kita futur, lemah, dan tak bersemangat.

Maka sudah kewajiban, ku sering mengingatkanmu akan ketaatan. Sering juga ku menguatkanmu agar kita sama-sama istiqomah. 

Begitulah surat cinta ini kusampaikan kepada adikku, kakakku, anakku, orang tuaku, dan sahabat-sahabatku. Semoga kita baik-baik saja. Semoga Allah 'Azza wajalla senantiasa menanamkan dalam jiwa kita rasa cinta kepada kebenaran, dan mencintai siapapun yang menyuarakan kebenaran.

Ditulis dalam angkutan umum, selama safar.