Blogger Jateng

Loving dan Losing, Memaknai Rasa Cinta dan Mengikhlaskan Kehilangan

Ilustrasi: Ummu Alila

Loving dan Losing, Memaknai Rasa Cinta dan Mengikhlaskan Kehilangan. Ada dua kata yang hampir sama, loving dan losing. Perbedaannya hanya satu huruf, namun maknanya bagaikan langit dan bumi. Perbedaan rasa yang menghinggapi manusia, antara mencintai dan kehilangan. Sebuah margin jarak antara suka di satu sisi, dan nestapa di sisi lainnya.

Loving, bermakna mencintai.

Losing, bermaka kehilangan.

Loving, mencintai akan menjadi:

Cinta itu meringankan beban, menghilangkan kurang, menutupi aib, memperpendek waktu, memperpanjang sabar, memberi nyawa pada lidah dan menderaskan airmata

Maka ia yang mencintai, menjadi lunak hatinya, malu dan sungkan, menundukkan pandangan, banyak bercakap dalam hatinya, halus tuturnya, mudah tersentuh hatinya

Dan losing, kehilangan, akan menjadi:

Ketika engkau cukup lama menjalani sesuatu, akan datang satu masa saat engkau kehilangan makna. Bingung, hampa, kosong, seolah berjalan tanpa arah dan tujuan

Maka kebosanan akan segera menghampiri, kelesuan dan rasa malas pun tak terelakkan. Jangankan semangat, sekedar normal saja sudah sulit untuk dipertahankan

Orang bilang itu masa crisis, insecurities, atau apapun. Yang jelas engkau berhenti berharap, dan menerima kenyataan apa adanya, menjadi manusia terburuk, jiwa tanpa idealisme.

Ketika kita belum nikah, maka berharap akan datangnya jodoh pendamping hidup, yang akan saling mencintai, saling membersamai. Kita merasa saling memiliki. Saling menebar kasih, loving, yang membahagiakan bersama.

Namun, rasa tetap harus dijaga, dan waspada. Bersiap, di suatu ketika akan kehilangan yang dicintai. Apakah maut yang memisah kebersamaan, atau hal lain menjadi penyebabnya.

Ketika kita menikmati bakti masih memiliki orang tua, dimana pintu surga terhampar di depan mata, dengan berbakti kepada mereka. Keberadaan mereka, membahagiakan kita.

Namun, rasa tetap harus dijaga, dan waspada. Bersiap, di suatu ketika akan kehilangan yang dicintai. Apakah maut yang memisah kebersamaan, atau hal lain menjadi penyebabnya.

Apapun yang kita inginkan, diwujudkan dengan segenap perjuangan, dan atas izin Allah ditakdirkan untuk ada di hadapan, kita mencintainya, kita menikmatinya. Kita bersyukur, alhamdulillah 'ala kulli hal.

Namun, proses tidak berhenti. Setelah ada fase LOVING (mencintai), ada fase berikutnya, LOSING (kehilangan). Semua itu sunatullah, yang senantiasa terjadi seperti itu.

Maka, selagi ada kenikmatan itu, kita nikmati kita syukuri.

Dan setelah datang fase kehilangan, langkah terbaik adalah mengikhlaskan.

Kita berharap, mencintai adalah lillah, dan kehilangan pun, mendatangkan mardhotillah. Aamiin.