Illustrasi dari Sindonews |
Membaca sebuah pengumuman tentang kelulusan PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) di Whatsapp Grup, dan salah satu rekan kerja dan dua alumni yang juga menjadi guru dinyatakan lulus, hati ini, sungguh penuh syukur. Ikut merasakan aura kebahagiaan, seperti yang dirasakan mereka.
Ada bahagia, bercampur degdegan dengan langkah berikutnya, yakni pemberkasan. Memang masih ada tahapan yang harus dilalui, sebelum fix menjadi ASN, tipe PPPK.
Bahagia, karena memang tak dipungkiri, setelah sekian lama membaktikan diri menjadi guru tidak tetap, sekarang ada seberkas harap untuk berubah. Ini tentu perasaan yang sama pernah kita alami, sebelum menjadi ASN.
Perjuangan sekian belas tahun, seperti Bu Mila Nursyafrianti, yang semenjak 2005 membaktikan diri di SMP Negeri 1 Mande sebagai tenaga honorer, saat ini dinyatakan lulus PPPK, kebahagiaannya, pernah saya (atau mungkin kita) rasakan pula di masa lalu. Maka, tak heran ketika mengetahui kelulusannya, jujur, saya dan istri sedikit tertegun, bahagia, merasakan rasa yang sama seperti 15 tahun yang lalu, ketika menjadi CPNS. Setelah sebelumnya bekerja sebagai honorer.
Bagaimana yang belum memiliki kesempatan yang sama seperti yang didapat Bu Mila?
Kita kembali kepada konsep ujian dan konsep rezeki. Konsep ujian dari Allah Ta'ala selalu ada dua jalur, yaitu suka dan duka, bahagia dan nestapa, miskin dan kaya, untung dan rugi, tampan dan kurang tampan, dan lain-lain.
Ketika kita mendapat kebahagiaan, senyatanya itu adalah ujian. Apakah dengan kebahagiaan itu akan bertambah rasa syukur, ataukah sebaliknya. Jika bertambah, maka untuk sesi ujian itu kita lulus. Jika tidak, maka kita tak lulus atas ujian kebahagiaan.
Ketika kita menghadapi kenestapaan, kesedihan, atau kedukaan, itu juga ujian. Apakah dengan ketidaksenangan itu akan bertambah rasa sabar, ataukah sebaliknya. Jika dengan ujian kedukaan ketidakbahagiaan kita mampu untuk bersabar, maka sesi ujian tersebut sukses kita lewati. Jika dengan ujian kenestapaan itu kita malah putus asa, menyalahkan takdir, berburuk sangka kepada Allah, maka kita tidak lulus dengan ujian tersebut.
Sama halnya dengan konsep rezeki.
Rezeki itu Allah yang mengatur, caranya, takarannya, tergantung kehendak Allah. Sebagai hamba-Nya, tugas kita hanya berikhtiar dibarengi tawakkal. Jalan rezeki itu pun beraneka macam, beraneka pintu. ASN, baik PNS maupun PPPK hanyalah satu pintu rezeki dari sekian pintu yang Allah tebarkan untuk diikhtiari para hamba-Nya. Maka, tak selayaknya kita hanya membatasi hanya dari satu pintu itu rezeki dari Allah datang.
Jika tak hari ini, harapan masih terbentang untuk meraihnya di masa berikutnya. Ikhtiar dan doa selayaknya terus kita lakukan, semoga Allah memberikan kesempatan kita mengenyam apa yang kita idamkan.
Maka, maafkan saya jika mengatakan bahwa, "Lulus atau Nggak Lulus PPPK, Itu Semua Ujian, Sahabatku!", karena memang demikianlah adanya. Semua menjadi kebaikan bagi kaum mukminin. Seperti dalam hadits berikut tentang kebaikan semua urusan kaum mukmin.
Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
Imam Al-Munawi berkata dalam Faidhul Qadir, “Keadaan seorang mukmin semuanya itu baik. Hanya didapati hal ini pada seorang mukmin. Seperti itu tidak ditemukan pada orang kafir maupun munafik. Keajaibannya adalah ketika ia diberi kesenangan berupa sehat, keselamatan, harta dan kedudukan, maka ia bersyukur pada Allah atas karunia tersebut. Ia akan dicatat termasuk orang yang bersyukur. Ketika ia ditimpa musibah, ia bersabar. Ia akan dicatat termasuk orang yang bersabar. (R)