Blogger Jateng

Bagi Muslimah Yang Yakin Akan Berjumpa Allah, Baginya Menutup Aurat Bukan Pilihan, Namun Suatu Ibadah

Tak bosan-bosan berbicara mengenai hijab. Selain berhijab sempurna itu adalah kewajiban bagi (terutama) muslimah itu sendiri, juga menyampaikan wajibnya berhijab itu adalah kewajiban juga sebagai kaum mukmin. Artinya, mengingatkan kepada yang belum berhijab, adalah kewajiban sesama muslim dan muslimah.

Beberapa waktu lalu ukhtinews.com juga mempublikasikan artikel "Mengapa Harus Berlatih Berhijab Sejak Dini?", yang menggambarkan bahwa pembiasaan itu merupakan salah satu bentuk tanggung jawab orang tua untuk memberikan pendidikan terbaik, salah satunya berhijab.
 


Bagi yang yakin dirinya akan kembali pada Allah, maka baginya ketaatan itu suatu hal yang mudah. Begitupun Muslimah yang yakin akan hari pertemuan dengan Allah, baginya menutup aurat bukan sebuah pilihan namun satu ibadah.

Bagi yang yakin Allah senantiasa dekat dan selalu mengawasi, menjauhi maksiat dan larangan baginya bagian dari rasa malu diri.

Begitu juga Muslimah yang istiqamah menutup aurat, karena dia tahu Allah tak pernah lalai dan Maha Melihat.

Bagi yang meyakini akan mati dan adanya hari penghitungan, tak perlu banyak alasan baginya untuk taat pada Allah.

Bagi yang meyakini adanya hari pembalasan, itu cukup untuk membuatnya istiqamah dalam ketaatan.

Kita bertanya-tanya pada Muslimah yang masih menunda berhijab, adakah dia sangka Allah membiarkannya tanpa tanggungjawab?

Kita heran pada Muslimah yang masih bangga menebar aurat, adakah dia rasa Allah tak hitung amalnya dan Allah tak melihat?

Sahabat ukhti,
Bagi orang yang lembut hatinya, kalimat "takutlah engkau akan Allah", sudah cukup membuatnya gemetar, dan menjadi taat tanpa mengemukakan alasan, dan penundaan.

Bagi orang yang halus jiwanya, "cukuplah mati sebagai pengingat", lebih dari pengingat untuk senantiasa menutup setiap aurat dari dirinya.

Hanya ketaatan yang bisa benar menenangkan, sedang maksiat hanyalah sebatas angan-angan.
Hanya ketaatan yang menjadikan kenikmatan hakiki, sedang maksiat, nikmatnya sesaat.

Sahabat ukhti,
Jika semua ini terpatri dalam diri, bahwa mati akan terjadi. Bahwa setelah kematian, akan dihadapkan kepada perhitungan, maka mengapa masih menunda ketaatan?

Jika Allah melalui Al-Qur'an dan Baginda Nabi melalui lisannya yang suci, mewajibkan kaum muslimah menutup aurat seluruh badan, kecuali muka dan telapak tangan, mengapa masih ada di antara anti yang masih menunda untuk melakukannya?

Mari kita mengkaji Islam lebih dalam lagi, berdasar pemahaman yang benar. Mari kita bersama mengikatkan hati kepada syariat yang Allah beri. Semua demi kebaikan kita sebagai hamba-Nya.

Tambahan: 

Beberapa dari Al-Qur'an  kewajiban berhijab

1. QS Al-Ahzab: 59


يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّأَزْوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰٓ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

2. QS An-Nuur : 31

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَٰرِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya.......