Blogger Jateng

Cerita Razan: Best Practice Penerapan Konsep Amal Sholih Pada Anak

Setiap anak dalam keluarga memiliki cerita yang mungkin berbeda satu sama lain, bahkan antara adik dengan kakaknya. Perbedaan ini hasil perpaduan karakter asli anak dengan proses pendidikan yang dilakukan ayah bunda kepadanya, yang berpengaruh kepada pembentukan karakter anak.

Islam sebagai agama paripurna, memberi panduan sempurna dalam berbagai hal, termasuk dalam penanaman konsep-konsep Islami sedari dini terhadap anak. Konsep keimanan, konsep aurat, konsep kepemilikan, dan lain sebagainya, selayaknya menjadi perhatian utama ayah bunda dalam menjalankan pendidikan bagi buah hatinya.

Cerita Razan: Best Practice Penerapan Konsep Amal Sholih Pada Anak


Bu Yuliana Gultom dan Pak Eky Novrizon membagikan sebuah cerita tentang putra mereka, Razan. Ini adalah respon beliau atas pertanyaan yang saya tanyakan, "Ada tulisan tentang Razan. Boleh di up?"

Bukan hanya tentang "Razan" sebenarnya. Sahabat pun tentu sedikit banyaknya memiliki cerita yang sama, buah dari berlelah-lelahnya sahabat semua dalam mendidik buah hati, mengenalkan Islam kepada mereka.

Namun, tentu ruang saja yang terbatas yang tidak bisa menampung semua tentang putra sahabat yang lainnya.

Inilah selengkapnya penuturan Bu Yuli tentang putranya, sengaja tanpa saya edit. Seutuhnya buah fikiran beliau๐Ÿ˜„

Konsep Aurat

Dia itu sudah tahu tentang konsep menutup aurat. Misal : kalau ada tamu mendadad datang. Razan biasanya selalu ingatkan saya. Bu ada tamu, pqkai kerudungnya

Konsep Takut kepada Allah

Konsep takut pada Allah juga. 

Misal : pernah diajak ke permainan di dufan yang ekstrim. Saya tanya, razan ga takut? Dia komen, takut mah cuma sama Allah

Konsep Maaf

Konsep mudah meminta maaf. Misal : kalau dia melakukan kesalahan. Cepat banget minta maaf, ga pernah malu. Cuma ya kadang masih diulangi kesalahannya ๐Ÿ˜€

Konsep Berdoa

Konsep berdoa sebelum makan. Dia sering ingatkan, ibu udah baca doa makan belum. Baca dulu jangan lupa

Konsep Berbagi

Konsep berbagi. Misal : kalau dia punya mainan baru. Dia senang minjamkan. Kadang suka izin ke saya. Bu, boleh ga mainan ini azan kasih ke teman?

Konsep Janji

Konsep menjaga janji. Misal : kalau uwa nya atau kaka atau abangnya pesan sesuatu, dia itu bisa berpuluh puluh kali ingatkan ke saya. Bu jangan lupa ya, nanti beli pesanan uwa. Sebelum dibelikan, sepanjang jalan bisa ngomong itu trus๐Ÿ˜„

Konsep Keberanian

Satu lagi, dia itu berani dan suka menerima tantangan. Ini salah satu foto dia mau nyemplung di salah satu danau di tengah laut pulau maratua yg isinya ubur ubur.


Tentang Gadget

Oh ya satu lagi. Dapat cerita dr bu ratna. Razan pernah ditanya. Kenapa ga dikasih hape sama ibu. 

Bu ratna : Kenapa razan ga main hape. 

Razan : Ga boleh sama ibu. Nanti kalau udah 17 tahun baru boleh punya hape sendiri. Trus kalau udah hafal 30 juz (ini mah sebenarnya bukan aturan saya, mungkin maksudnya kalau sudah paham apa yg Allah perintahkan dan larang di Al quran) 

Syarat sebenarnya mah :

1. Sudah 17 tahun

2. Dan mampu mengatur waktu dengan gadget, jangan sampai ibadah terganggu sama gadget.

Bu Ratna : Memangnya kenapa ga dikasih

Razan : kan di hape itu suka ada yang ga baik, nah nanti kalau dikasih hape duluan tapi kita belum tau apa yang Allah suruh di al quran. Nanti  gimana. Jadi harus tau dulu yang benar dan salah kata Allah, baru boleh punya hape ๐Ÿ˜€ (intinya mah gitu, saya lupa redaksinya)

Masya Allah, ini sungguh karunia tak terkira. Allah menghadiahkan sesuatu yang berharga dari ananda atas komitmen orang tuanya dalam mendidiknya. 

Walau kita menyadari, tantangan pendidikan bagi anak di masa sekarang ini, jauh lebih berat dan menantang. Kita pun faham, bahwa ini baru episode-episode awal proses pendidikan bagi mereka. Namun kita yakin, jika sedari dini konsep-konsep tersebut mampu ditanamkan dalam jiwa dan keseharian mereka, akan menjadi fondasi kokoh bagi keberlangsungan dan kesiapan mereka dalam mengarungi kehidupan.

Semoga bermanfaat. Barokallohu fiikum....