Blogger Jateng

Plis Deh, Jangan Teriak-teriak agar Keluarga Seperti Surga

Sahabatku, sepertinya tak bosan mengeksplorasi perihal rumah tangga. Bukan menasehati orang lain, melainkan sebagai cambuk bagi diri. Kali ini tentang "dampak teriak-teriak" dalam kehidupan rumah tangga.

Kita semua ingin rumah tangga layaknya surga agar penghuninya betah di dalamnya. Dan ketahuilah, ciri utama penduduk surga di antaranya bicara yang lembut. Tidak suka teriak atau membentak.

Kebiasaan berteriak justru merupakan ciri penduduk neraka (QS 35:37)

Maka jika ada suara teriakan di dalam rumah, itu artinya suasana surga sudah berganti suasana neraka. Bahaya!

Sebab, kebiasaan teriak atau bicara melebihi desibel suara normal akan mengeringkan cinta.

Sejatinya cinta adalah kelembutan. Dan tidaklah sesuatu disertai kelembutan kecuali akan memperhiasnya (Hadits)

Itulah kenapa bukti cinta kepada Allah diminta kita tuk berdzikir dengan suara yang lembut, tidak berteriak di hadapan-Nya (QS 7:205)

Dan kebiasaan berteriak di dalam rumah tangga sejatinya akan mengurangi rasa cinta.

Sulit kita lihat sepasang kekasih yang dimabuk cinta berbicara sambil teriak-teriak. Kebalikannya, mereka malah suka bisik-bisik. Pelan. Tapi masuk ke hati. Sebab meski tanpa suara, hati berteriak memproklamirkan cinta๐Ÿ˜€๐Ÿ˜

Efek negatif teriakan bagi anak

Ilustrasi: kompasiana

Penting bagi setiap keluarga yang merindukan suasana surga agar mengurangi teriakan di dalam rumah, terlebih untuk anak-anak kita.

Kebiasaan berteriak atau membentak di depan anak diakui oleh para ahli akan mengaktifkan batang otak anak. Batang otak itu yang disebut otak reptil atau otak refleks. Anak cenderung merespon masalah tanpa berpikir.

Diledek teman refleks memukul. Ini tersebab batang otaknya lebih dominan daripada korteksnya yang ajak dia tuk berpikir.

Anak yang batang otaknya menebal cenderung merespon sesuatu dengan prinsip 'flight or fight'

Solusi jarang keluar dari anak dengan model begini. Yang ada adalah puaskan emosi. Maka anak-anak yang gampang marah, tawuran dan sebagainya bisa dibilang karena batang otaknya cenderung lebih dominan.

Dan kalau ditelusuri penyebab awalnya yakni kebiasaan dibentak atau diteriaki dari kecil baik oleh orang tua atau guru.

Dampak berikutnya dari kebiasaan berteriak di hadapan anak adalah menghancurkan sel otaknya.

Satu kali teriakan kepada anak di bawah usia 5 tahun akan menghancurkan 10 ribu sel otaknya satu kali teriakan. Begitu kata para ahli.

Jadi, hitung deh udah berapa kali bentak anak. Kalikan 10 rb. Maka itulah dosa kita yang membuat anak kita gak pintar-pintar๐Ÿ˜ญ

Dan berteriak ini belum tentu membentak. Bisa jadi sekedar bercanda untuk menyemangati. Ini tetap bahaya dan terlarang. Kalau mau teriak di lapangan aja di mana jarak ke anak kira-kira seratus meter๐Ÿ˜€

Pengaruh Kelembutan

Ilustrasi: Majalah Asyariah

Kembali kepada inti rumah tangga seperti surga. Yakni kebiasaan bicara lembut. Bahkan bisik-bisik di telinga anak tumbuhkan cinta. Tentu kelembutan ini bukan berarti abaikan ketegasan.

Sebab ketegasan itu bisa dilakukan tanpa harus teriak. Kapan-kapan insya Allah kita bahas ini ya.

So, jika ada yang teriak-teriak di rumah kita, katakan : ini rumah surga. Di surga bicaranya lembut. Hanya penduduk neraka yang suka teriak.

Kesimpulannya, jika ingin memperbaiki pola asuh dan hubungan harmonis dalam rumah tangga, perbaiki cara komunikasi kita. Dengan perbaikan komunikasi, maka terperbaikilah amalan kita yang lainnya (QS. 33:70-71)

{ูŠَุง ุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุขู…َู†ُูˆุง ุงุชَّู‚ُูˆุง ุงู„ู„َّู‡َ ูˆَู‚ُูˆู„ُูˆุง ู‚َูˆْู„ุง ุณَุฏِูŠุฏًุง) ูŠُุตْู„ِุญْ ู„َูƒُู…ْ ุฃَุนْู…َุงู„َูƒُู…ْ ูˆَูŠَุบْูِุฑْ ู„َูƒُู…ْ ุฐُู†ُูˆุจَูƒُู…ْ ูˆَู…َู†ْ ูŠُุทِุนِ ุงู„ู„َّู‡َ ูˆَุฑَุณُูˆู„َู‡ُ ูَู‚َุฏْ ูَุงุฒَ ูَูˆْุฒًุง ุนَุธِูŠู…ًุง1

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

Khotimah

Jika kita masih suka berteriak-teriak padahal sudah tahu ilmunya, bisa jadi itu tersebab utang atau bahkan luka pengasuhan yang kita alami di masa kecil,  ataupun ada akumulasi kekecewaan. Jika demikian, penyebab semua itu yang mesti diselesaikan lebih dahulu.

Semoga bermanfaat.

Terima kasih kepada:

1. Ummu Annisa, yang setia menjadi "editor" setiap tulisanku, terutama yang ditulis itu banyak sesuainya dengan kenyataan diri atau justru jauh melenceng.

2. Akhi Bendri, jazakalloh atas materi parenting-nya. Pokoknya, makjleb, ngena.