Blogger Jateng

Mata yang Tak Terjaga dan Mata Tanpa Dosa

Ananda Gazendra 

Melihat kebeningan sorot mata anak-anak, terkadang iri. Betapa dalam pandangan mereka, tak terkandung sedikitpun dosa. Pandangan yang masih suci, dan menjadi tanggung jawab ayahanda dan ibundanya untuk menjaga kesucian pandangan mata mereka.

Membandingkan dengan diri, yang berlumur dosa, tiap detik tiap masa, salah satunya melalui pintu pandangan mata. Terutama, pandangan kepada lawan jenis yang susah terkendali jika tak dijaga.

Betapa dahsyatnya pengaruh pandangan mata ini, sehingga para ulama merasa perlu memberikan nasehat terus menerus kepada umat agar selamat dari dosa mata.

Sahabat, berikut ini artikel yang lumayan panjang untuk menjadi nasehat bagi diri sendiri, juga antum semua pecinta Ukhtinews.com. Semoga bermanfaat💚

Ananda Rozi

Bahaya Pandangan Mata Yang Tak Terjaga


Interaksi paling sederhana antara pria-wanita adalah melihat. Walaupun sederhana namun jika tidak ditata dan dijaga bisa membuat hati seseorang semakin kotor, keras membatu, hingga akhirnya mati dan membusuk. 

Barang siapa yang ketika di dunia ini tidak mahir menahan pandangan, gemar melihat hal-hal yang diharamkan Allah, maka jangan terlalu berharap dapat memiliki hati yang bersih.

Imam Ibnul Jauzi (w. 597 H) dalam Shaidul Khatir bersyair:

Pejamkanlah matamu, engkau akan selamat dari marabahaya
Engkau akan dapatkan dan peroleh pahala
Petaka kaum muda adalah larut dalam nafsunya
Awal bara nafsu ada dalam tatapan mata

Ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. An Nur: 30)

Dosa apapun, termasuk dosa-dosa mata yang dianggap biasa, jika tidak dibersihkan akan mengotori hati. Hudhzaifah r.a berkata bahwa dia pernah mendengar Rasulullah bersabda:

تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا،

“Fitnah akan dipaparkan pada hati manusia bagai tikar yang dipaparkan perutas (secara tegak menyilang antara satu sama lain).

فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ،

Mana pun hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam.

وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ،

Begitu juga mana pun hati yang tidak dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih

حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ، عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلَا تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ،

sehingga hati tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada.

وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ، مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا، وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ»

Sedangkan sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti bekas tembaga berkarat, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu yang disukai oleh hawa nafsunya.” (HR. Muslim)

Sebagian orang berkata, ‘kalau iman kuat, tidak mengapa melihat aurat wanita, yang porno bukan terletak pada apa yang kau lihat, namun pada isi kepalamu’. 

Ucapan ini sungguh berbahaya, suatu ketika Asma binti Abu Bakar masuk ke rumah Nabi SAW dengan menggunakan pakaian yang tipis, maka Rasulullah berpaling dari padanya—padahal adakah yang imannya lebih kuat dari Rasulullah?– dan beliau berkata:

يَا أَسْمَاءُ إنَّ الْمَرْأَةَ إذَا بَلَغَتْ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إلاَ هَذَا وَهَذَا , وَأَشَارَ إلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ

‘Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita telah menginjak dewasa (haid), maka tak boleh terlihat dari tubuhnya kecuali ini dan ini, sambil beliau menunjuk muka dan telapak tangannya.” (HR. Abu Dawud, hadits hasan lighairihi).

Etika Menjaga Pandangan


Jadi memandang aurat tetaplah haram walaupun tanpa syahwat. Sementara selain aurat baru haram dipandang jika disertai syahwat.

كَانَ اْلفَضْلُ بْنُ الْعَبَّاسِ رَدَيْفَ النَّبِيِّ فَجَاءَتْهُ الْخَثْعَمِيَّةُ تَسْتَفْتِيْهِ فَجَعَلَ اْلفَضْلُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا وَتَنْظُرُ إِلَيْهِ فَصَرَفَ رَسُوْلُ اللهِ وَجْهَهُ عَنْهَا

Al-Fadhl ibn ‘Abbas pernah berboncengan dengan Rasulullah saw. Kemudian datanglah seorang wanita Khats‘amiyah untuk meminta pendapat. Al-Fadhl lalu memandang wanita itu dan wanita itu pun memandangnya, Rasulullah saw. memalingkan wajah al-Fadhl dari wanita tersebut. (HR Abû Dâwud)

Dalam riwayat lain:

فأخذ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – الفضل فحوّل وجهه من الشق الآخر

Maka Rasulullah saw memegang Al Fadhl lalu memalingkan wajah Fadhl ke arah yang lain.

Dalam riwayat dari ‘Alî ibn Abî Thâlib r.a. ditambahkan keterangan bahwa ‘Abbas r.a. kemudian bertanya kepada Rasulullah saw:

يا رسول الله، لِمَ لويت عنق ابن عمك؟

“Ya Rasulullah, mengapa engkau memalingkan leher sepupumu?”

رَأَيْتُ شَابًّا وَشَابَّةً فَلَمْ آمَنِ الشيطان عليهما

Rasulullah saw. menjawab, “Karena aku melihat seorang pemuda dan seorang pemudi yang tidak aman dari gangguan setan.”

Sebenarnya bukan hanya mengumbar pandangan terhadap lawan jenisnya yang harus dihindari, melainkan juga orang yang matanya selalu melihat dunia ini. Melihat dan berpanjang angan-angan terhadap sesuatu yang tidak ia miliki: rumah orang lain yang lebih mewah, mobil orang lain yang lebih bagus, istri orang lain yang lebih ranum, suami orang lain yang lebih gagah, atau uang orang lain yang lebih banyak. 

Hatinya bergejolak memikirkan hal-hal yang tidak dimilikinya, lalu lupa menikmati dan mensyukuri apa-apa yang Allah karuniakan kepadanya.Allaahu A’lam.

Jazakumullah khoiron:

1. Sahabat Taufik NT
2. Ummu Gazendra
3. Ummu Rozi