Allah Subhanahu wa Ta'ala memiliki aneka cara untuk menyayangi hamba-Nya, salah satunya dengan memberikan ujian. Dengan ujian demi ujian inilah Allah akan menaikan derajat dan menghapus dosa-dosa hamba-Nya yang tidak bisa terhapus dengan istighfar. Dengan ujian inilah akan terpilah dan terpilih mana mukmin yang tetap istiqomah di jalan Islam, dengan kesabaran menghadapi ujian, dan mana yang tergelincir dari jalan ketaatan.
Padahal, segala sesuatu yang terjadi adalah kebaikan bagi orang yang beriman. Kesenangan adalah ujian, dan itu menjadi kebaikan jika bersyukur. Sebaliknya, kesusahan pun menjadi kebaikan, jika orang itu mampu untuk bersabar.
Hal ini sejalan sebagaimana Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam sabdakan,
Hal ini sejalan sebagaimana Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam sabdakan,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
Artinya :“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).Dan Covid-19 itupun Ujian
Saya, Anda, dan kita semua sepakat bahwa hari-hari ini tidak dalam keadaan normal, kita dalam keadaan tidak baik-baik saja. Asbabnya, munculnya virus Corona. Virus ini menjadi pandemi, memunculkan ketakutan, kekhawatiran, di sebagian besar benak dan hati kita.
Sekali lagi, adanya pandemi ini pun adalah salah satu cara Allah menguji keimanan kaum mukminin. Bukan ujiannya yang menjadi masalah, karena memang itu adalah sunatullah, namun bagaimana kita menghadapi dan menyikapi ujian itu. Sejauh mana sabar dan syukur kita kuatkan atas ujian itu.
Sahabat, melengkapi uraian prolog di atas, ada baiknya kita membaca sebuah puisi dari sahabat ukhtinews.com, Bu Nina Gartina, seorang guru di SMP Negeri 1 Mande Cianjur, yang senantiasa menambah khazanah kesastraan di blog kesayangan kita ini, salah satunya dengan puisi ini.
Puisi dengan judul "2020: Bulan Januari Februari saja???".
Kalau dilihat dari judulnya, mungkin sahabat sedikit mengernyitkan dahi, bicara tentang apa puisi ini, koq judulnya seperti itu. By the way, kami mengajak sahabat semua menuntaskan membaca puisi dan artikel ini secara keseluruhan, agar kita mendapatkan gambaran utuh kandungan karya sastra ini. Ujungnya, kita bisa mengambil ibrah sedalam-dalamnya untuk menambah ketangguhan iman kita. Selamat membaca!
2020; Bulan Januari Februari saja???
2020 itu...Bulannya hanya dua;Januari dan Februari sajaMaret dan seterusnya...Celoteh seorang komika di layar kacaMembuat diri tertegunLamunanpun terhanyutAda kekhawatiranAda ketakutanCorona Virus Disease 2019Sejak negeri ini terdampakOlehnya...Kehidupan sosial dipaksa henti, sejenakSemua di rumah sajaBekerja dari rumah sajaBelajar dari rumah sajaBumi...sedang tidak baik-baik sajaJaga jarak!Kami semakin nyata, lemahTiada dayaTiada kekuatanSang Maha Pemilik HidupEngkau memang berkuasa atas kamiBegitupunKesempatan untuk kami masih di bumi atau malah sebaliknya -_-Ya!Apapun, memang mutlak Engkau Sang PengaturHanya...Masih layakkan kami meminta?Mohon...Mampukan kami berpasrah dengan tetap membangun asaMengubah khawatir akan skenariomu yang menghentak iniBerganti azam diri, jangan sampai kami masih jadi pribadi yang sama saja, sama...saat belum Engkau peringatkan
Mengubah takut berganti taat2020 sudah di penghujungTak terasa...Saat kami di rumah saja, seharusnya...Hanya kami dan Al-Qur'an-Mu sajaHanya kami dan amalan untuk-Mu sajaHanya kami dan pengabdian untuk-Mu sajaMaafkan belum jua bisa😭Wahai Maha Pemilik KamiPanjangkan usia taat kamiTahun lalu, kini dan nanti...Nina Gartina
Apa yang bisa kita simpulkan dari puisi ini?
Pertama, ketakutan-kekhawatiran. Datangnya musibah pandemi, sedikit banyaknya menggoncang sendi-sendi keyakinan kita, yang datang begitu cepat dan menghenyak. Sebuah ujian yang menyebabkan kehidupan sosial berhenti sejenak, memaksa kita melakukan segalanya dari rumah. Belajar, bekerja, dan beribadah dari dan di rumah.
Dalam penuturan lain, bisa dibaca di bait ini:
Ada kekhawatiranAda ketakutanCorona Virus Disease 2019Sejak negeri ini terdampakOleh-Nya...Kehidupan sosial dipaksa henti, sejenakSemua di rumah sajaBekerja dari rumah sajaBelajar dari rumah sajaBumi...sedang tidak baik-baik sajaJaga jarak!
Kedua, kesadaran. Justru dengan segala "paksaan" untuk membatasi interaksi, berkurang bahkan ada yang tertutup "pintu" rizki dari kacamata insani, karena bekerja harus dari rumah hingga ada yang dirumahkan, muncul pemantik kesadaran. Bahwa kita lemah, tak berdaya, tiada kekuatan.
Bahwa segala ego dan kesombongan akan keberdayaan, harus tunduk dan merunduk serendah-rendahnya di hadapan Sang Maha Perkasa. Sekali lagi, ternyata kita lemah tak berdaya tak kuasa, menahan kehendak Sang Maha Penggenggam Kehidupan.
Nilai kedua ini bisa didapatkan dari bait ini:
Kami semakin nyata, lemahTiada dayaTiada kekuatanSang Maha Pemilik HidupEngkau memang berkuasa atas kamiBegitupunKesempatan untuk kami masih di bumi atau malah sebaliknya -_-
Juga kesadaran apa yang seharusnya dilakukan, untuk mengubah takut menjadi taat, bisa didapatkan dari bait ini:
Saat kami di rumah saja, seharusnya...
Hanya kami dan Al-Qur'an-Mu saja
Hanya kami dan amalan untuk-Mu sajaHanya kami dan pengabdian untuk-Mu saja
Ketiga, kekuatan. Di sela-sela beratnya ujian, senantiasa ada keyakinan. Keyakinan bahwa Allah Al-Musta'an akan tetap menghujamkan asa di dada kita, berazam untuk mengubah khawatir menjadi yakin, berazam diri menjadi pribadi yang bergeser walau selangkah, lebih baik dari sebelum ada ujian.
Semangat masih ada kekuatan yang Allah hujamkan, jika diminta dalam untaian doa, terbaca di bait ini:
Mohon...Mampukan kami berpasrah dengan tetap membangun asaMengubah khawatir akan skenariomu yang menghentak ini
Mengubah takut menjadi taat
Keempat, kepasrahan. Pada akhirnya, kepada Allah jualah segala harap terungkap. Harapan untuk lolos dari ujian, bertambah ketaatan, dalam umur yang tersisa.
Wahai Maha Pemilik KamiPanjangkan usia taat kamiTahun lalu, kini dan nanti...
Masya Allah....Allah Maha Baik, senantiasa menginginkan kebaikan bagi segenap hamba-Nya yang beriman. Walaupun jalan kebaikan itu, keburukan dalam pandangan insan. Di setiap musibah, senantiasa ada berjuta hikmah. Di setiap ujian, tersimpan selaksa kebaikan. Tinggal sikap kita yang terbaik untuk menyongsong kucuran kebaikan itu. Kuat Iman, Mantap Sabar, dan banyak Syukur.
Terima kasih telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat.
Terima kasih Bu Nina Gartina, yang banyak mengingatkan arah langkah dalam kehidupan, dengan bait-bait kalimat penuh makna.
Semoga keluarga kami, keluarga Bu Nina, dan keluarga sahabat ukhtinews semua, menjadi keluarga kokoh dalam bingkai ketaatan kepada Allah Al-Musta'an. Aamiin.