Jika ruqyah ini adalah ruqyah syar’iyah dengan Al Qur’an dan doa-doa perlindungan yang syar’i dan telah ditetapkan di dalam sunnah maka tidak masalah, bahkan ruqyah tersebut disyari’atkan dan disunnahkan, dan tidak ada kaitannya dengan kejadian tersebut.
Namun jika ruqyah tersebut tidak sesuai syari’at, seperti ruqyah yang mengandung bid’ah dan kesyirikan, maka ruqyah tersebut adalah ruqyah yang rusak berbahaya dan tidak bermanfaat, baik kepada pihak peruqyah maupun orang yang diruqyah, apalagi jika salah satu dari keduanya mengenakan semacam kesyirikan atau bid’ah.
Ulama Lajnah berkata:
“Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah mengizinkan ruqyah dengan Al Qur’an, dzikir-dzikir dan doa-doa, selama tidak mengandung kesyirikan atau ucapan yang tidak dimengerti artinya, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab Shahihnya dari ‘Auf bin Malik berkata:
كنا نرقي في الجاهلية فقلنا: يا رسول الله كيف ترى في ذلك ؟ فقال : ( اعرضوا عليّ رقاكم ، لا بأس بالرقى ما لم يكن فيها شرك
“Dahulu kami melakukan ruqyah pada masa jahiliyah, lalu kami berkata: “Wahai Rasulullah bagaimana anda melihat hal itu ?, seraya beliau bersabda: “Perlihatkan ruqyah kalian kepadaku, tidak masalah dengan ruqyah selagi tidak mengandung kesyirikan”.
Para ulama telah melakukan konsensus tentang dibolehkannya ruqyah jika dengan cara seperti yang telah disebutkan tadi, disertai keyakinan bahwa ruqyah tersebut sebagai sebab tidak akan berpengaruh kecuali karena takdir Allah Ta’ala”. (Fatawa Lajnah Daimah: 1/244)
Dan bagi orang yang meruqyah dengan ruqyah yang tidak syar’i, hendaknya bertaubat kepada Allah Ta’ala dari hal itu, dan belajar ruqyah syar’iyyah yang disunnahkan.
Seperti halnya ruqyah syar’iyyah yang bisa menjadi penyebab kesembuhan dengan izin Allah, maka ruqyah yang tidak syar’i bisa jadi akan menjadi penyebab turunnya kepayahan dan bahaya kepada manusia, Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
الشورى/3 .
“Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (QS. Asy Syura: 30)
Bahwa hakekat apa yang telah terjadi semuanya kembali kepada Allah, tidak seorang pun bisa memastikannya, untuk apa hal itu, apakah karena disebabkan oleh ruqyah tersebut atau karena sebab lain, atau murni karena ujian dari Allah Ta’ala, maka menjadi kewajiban seorang hamba untuk bertaubat kepada Allah dari semua dosa-dosanya, dosa seorang hamba itulah yang menjadi dasar ia terkena serangan tersebut, dan hendaknya merasa butuh kepada Allah agar berkenan untuk menyingkap penyakit yang menimpanya, disertai dengan mengambil sebab penyembuhan dan ruqyah syar’iyyah, ditambah dengan selalu membaca dzikir yang telah diajarkan kepada hamba pada semua keadaannya, seperti dzikir pagi dan sore, menjelang tidur, berpakaian, masuk dan keluar rumah, tidak ada benteng yang lebih kokoh bagi seorang hamba kecuali dengan selalu berdzikir kepada Allah Ta’ala.