Qawamah bagi suami adalah kewajiban menjadi pilar kokoh. Tempat bersandar yang tegar. Tempat penopang yang menjamin tidak robohnya bangunan rumah tangga. Tempat kenyamanan bagi semua penghuni rumah.
Qawamah bagi suami adalah kewajiban sumber nafkah untuk keberlangsungan. Nafkah yang memberi fasilitas hidup dan ketenangan bagi seluruh anggota rumah. Suami adalah ladang yang lapang nan hijau bagi merumputnya semua gembala.
Qawamah bagi suami adalah kewajiban menjadi pemimpin dengan semua makna kepemimpinan. Merencanakan, memperhatikan, dan sebagainya. Dengan tugas ini, maka suami harus menyediakan waktunya 24 jam, kapan saja untuk semua keperluan rakyatnya di rumah.
Qawamah bagi suami adalah kewajiban menjadi keadilan dan keseimbangan. Adil dan seimbang mengharuskan jiwa yang tenang, tidak emosional, berada di tengah, bertindak hanya dengan bukti dan data. Serta tidak memutuskan kecuali dengan ilmu.
Qawamah bagi suami adalah kewajiban menjadi pendidik. Keteladanan dan ilmu merupakan mata air deras lagi menyejukkan yang harus dimiliki oleh suami sang guru. Pendidik tak hanya mengajarkan ilmu. Tetapi memberi keteladanan atas aplikasi ilmu tersebut. Juga mengevaluasi atas keberhasilan pendidikannya. Meluruskan jika ada yang bengkok dengan jiwa seorang pendidik murni.Terus mengawalnya hingga menghasilkan lulusan yang membanggakan.
Sebesar inilah tugas para kaum laki-laki. Jadi, tidak sesederhana orang mengeluarkan kata cinta dari lisan yang tak bertulang itu.
Oleh karena itu, seharusnya setiap suami benar-benar "memaksakan" dirinya menuju seluruh sifat diatas. Demikian juga setiap anak laki-laki, harus dilahirkan dididik hingga mampu menjadi qawwam para istrinya. (Disarikan dari ceramah Ustadz Budi Ashari)